Jumat, 03 April 2009

BERBURU MUTIARA

Diposting oleh admin di 07.37


Oleh: M. ALI BURHAN

Dibawah naungan YAPTINU, INISNU merupakan Perguruan Tinggi tertua dari dua saudaranya yang lain, yakni STIENU dan STTDNU. Sebagai saudara Tua, tentunya INISNU lebih berpengalaman dan dewasa jika dibandingkan dengan dua saudaranya. Ini dapat dilihat bahwa dengan keadaannya yang serba terbatas, dinamika intelektual masih agak kental serta nuansa pergerakan organ kemahasiswaannya lebih dinamis.

Sebagai sebuah perguruan Tinggi yang Tumbuh di tengah-tengah Daerah Industri, dengan sendirinya keadaan itu membawa dampak positif sekaligus negatif. Dampak positif industri bagi INISNU adalah dengan visi ke-ummat-annya, bisa menampung para pekerja yang ingin melanjutkan sekolah sampai di Perguruan Tinggi serta bisa menampung Alumni-alumni Madrasah Aliyah yang tidak mampu. Dampak negatifnya adalah dengan keberadaan INISNU di tengah-tengah Industri, maka mahasiswanya tidak bisa fokus terhadap kuliah. Disisi lain, karena INISNU masih merupakan Perguruan Tinggi Alternatif yang paling akhir bagi sebagian besar mahasiswanya ketika tidak mampu baik secara materi maupun intelektual masuk di Perguruan Tinggi-Perguruan Tinggi lain di luar Jepara.

UU No. 2 Tahun 1989 menyebutkan “Dalam penyelenggaraan Pendidikan dan Pengembangan ilmu Pengetahuan pada Perguruan Tinggi berlaku kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan”. Perguruan Tinggi (PT) dalam menjalankan tugasnya di masyarakat mempunyai tanggung jawab yang tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Dharma Pendidikan dan Pengajaran, Dharma Penelitian, dan Dharma Pengabdian Masyarakat.

Perguruan Tinggi yang maju, cenderung terjebak untuk mengembangkan Dharma Pendidikan dan Pengajaran serta Dharma Penelitian saja, sedangkan sisi sosial atau pengabdian Masyarakat yang juga menjadi tugasnya kurang mendapat perhatian. Sangat berbeda dengan Perguruan Tinggi-Perguruan Tinggi yang masih berkembang semisal INISNU kita ini, pada wilayah Dharma Pengabdian masyarakat kita bisa lebih baik. Hal ini karena secara geografis dan emosional kita lebih dekat dengan masyarakat. Sedangkan Dharma Pendidikan dan Pengajaran kita kurang maksimal, hal ini dapat kita rasakan keringnya nuansa akademik dan intelektual di kampus kita ini.

Yang lebih memprihatinkan lagi adalah pada wilayah Dharma Penelitian. Para Dosen kita lebih memilih sibuk mengajar di banyak tempat daripada melakukan penelitian untuk mengembangkan disiplin ilmunya karena penelitian dinilai lebih merepotkan. Peningkatan kualitas SDM bukan sesuatu yang penting, Toh, dengan apaadanya seperti ini INISNU tetap banyak mahasiswanya. Sebuah ironi yang patut dijadikan refleksi bagi semua kalangan.

Untuk membangaun nuansa akademik yang berkesinambungan, perlu adanya kesadaran bersama dari seluruh elemen yang ada di INISNU, baik Rektorat, Dosen, Karyawan, dan juga Mahasiswa. BPI atau Badan Penelitian INISNU harus bisa lebih maksimal menjalankan fungsinya, karena selama ini, dari beberapa Penelitian yang dilakuakn BPI, terkesan ekslusif dan tertutup. Setelah selesai penelitian, tidak ada follow-up yang jelas dari BPI. Hal ini bisa dibuktikan dengan tidak pernah ada sosialisasi atau diskusi dengan mahasiswa yang digelar oleh BPI berkaitan dengan hasil penelitiannya. Di sisi lain, mata kuliah penelitian perlu di tingkatkan dan diperhatikan agar pembelajaran Mata Kuliah Penelitian, benar-benar bisa membekali Mahasiswa untuk menunjang keilmuannya. Penelitian adalah satu disiplin ilmu yang sangat penting karena penelitian merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan empirik, teori, konsep, metodologi, atau informasi baru yang memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian.

Memang harus diakui secara nasional Indonesia sangat miskin Peneliti, kita masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini tercermin pada rendahnya Dosen yang mempunyai kemampuan dibidang penelitian sebagaimana dilansir olah KOMPAS, Rabu 23 Januari 2008. Dari 180.000 Dosen di Indonesia, hanya 2000 atau 1,1 persen saja yang mampu meneliti secara layak. Imbas dari ini adalah rendahnya kontribusi Indonesia dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan.

Penelitian yang rendah itu berujung pada rendahnya publikasi ilmiah dari dosen Indonesia di Jurnal Internasional. Pikiran Rakyat edisi 5 Pebruari 2008 mengatakan, Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, jumlah publikasi Indonesia sangat sedikit. Data LIPI menyebutkan, pada 2004 publikasi ilmiah di Indonesia hanya 371, sedangkan Malaysia menghasilkan 700 publikasi ilmiah, Thailand 2.125, dan Singapura 3.086. Sementara itu, dari jumlah penelitian yang dipatenkan di Amerika pada 2006, Indonesia dengan angka 43 berada di bawah Malaysia, Thailand, dan Filipina, yang masing-masing mematenkan 694, 164, dan 145 publikasi ilmiah.

Data dari banyak penerbit Internasional menyebutkan kontribusi Indonesia pada Jurnal Internasional hanya 0,012 persen. Kontribusi itu lebih rendah dari Nepal yang mampu menyumbang 0,014 persen. Padahal, Nepal negaranya lebih kecil dan kalah maju dibandingkan dengan Indonesia. Apalagi jika dibanding dengan Singapura, Negara kita kalah jauh, Singapura menyumbang 0,179 persen bagi Jurnal Internasional. Padahal dana untuk penelitian di Indonesia cukup tinggi, dari Dikti untuk tahun 2007 kemarin mencapai Rp. 240 milyar.

Sementara disisi lain, masih dari sumber yang sama tahun 2006, 70% Thesis S2 Mahasiswa Indonesia, tidak memenuhi standar karya Ilmiah. Jika demikian, berapa persen Skripsi mahasiswa S1 yang memenuhi standar ilmiah? Kenyataan-kenyataan diatas merupakan tantangan yang harus kita jawab saat ini. Semua pihak yang terkait harus segera merefleksi diri untuk kemudian bersama-sama melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi secara maksimal dan seimbang.

Melihat data yang dipaparkan oleh Kompas dan Pikiran Rakyat di atas, maka sangat relefan baik dari sisi data nasional maupun kenyataan di kampus INISNU ini. Setiapkali terbit, Majalah BURSA yang sekarang berganti nama menjadi Shima, selalu mengeluh pada Salam Redaksi bahwa “Berburu Tulisan adalah seperti berburu mutiara di kampus ini, baik itu kepada mahasiswa maupun kepada Dosen yang menjadi panutan kita“. Lemahnya penelitian berarti lemahnya karya ilmiah, artinya dunia kepenulisan mengidap penyakit kurus yang akut.

gambar dari sini

0 komentar on "BERBURU MUTIARA"

Posting Komentar

 

LPM BURSA Copyright 2009 Reflection Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez