Kamis, 19 Maret 2009

ANTARA MODERNISME DAN POSMODERNISME

Diposting oleh admin di 07.54

oleh: HANIF LUTLAFI

Data Biblografi

Kazuo Simogaki adalah seorang pemerhati di timur tengah dari Institut Of Middle East Studies International university dari Jepang, ia termasuk salah satu orang yang tergoda dan terpesona oleh seorang Hasan Hanafi ini. Dengan pemikirannya yang radikal, progresif-kontekstual, dan resisten yang mengelora terhadap arus hegemonik pereaaban barat, yang diungkapkan dalam nuansa-nuansa “Kiri Islam”. Ini menjadikan seorang Simogaki terinspirasi pada arus baru yaitu “Dekonstruksi peradaban” yang dewasa ini sangat deras mengalir dan dikenal luas sebagai gelombang “Postmodernisme”. Yaitu rangkaian tendensi teoritis dalam berbagai bidang, baik seni maupun pengetahuan, untuk membongkar “apria” peradaban modern yang dibangun atas dasar humanisme dan rasiaonalisme eropa abad pertengahan (renaissance), yang menciptakan dualisme dalam pikiran manusia dan menyembunyikan bias kekerasan erosentrisme-imperialistik dalam imperialistik dalam wacana modernisme.

Prolog

DR. HASAN HANAFI adalah seorang filsuf hukum islam, seorang pemikir Islam dan guru besar pada fakultas filsafat Universita Kairo. Ia memperoleh gelar dari Sorbone University, di Prancis, pada tahun 1966. Maka tidak jarang pemikiranya tergolong seorang modernisme liberal, seperti Luthfi As-Sayyid, Taha Husain, dan Al-Aqqad.
Dan dalam tahun sebelumnya tepatnya 1961 Hasan Hanafi memperoleh hadiah bagi penulisan karya ilmiah terbaik di Mesir. Karya itu adalah Essai Sur Lamethode D'exagese (Esai Tentang Metode Penafsiran), disertasi setebal lebih dari 900 halaman yang diselesaikan di Universitas Sorbone Prancis.

Pembahasan

Dalam pembahasan buku ini paling ditekankan adalah merubah pemikiran umat islam yang dulunya tekstual menuju pemikiran yang kon-tekstual yang berlandaskan pada realitas empiris, karena dalam dunia kekinian yang dihadapi adalah imperilaisme kultural yang dikembangkan oleh bangsa barat yang akan merasuki dunia timur yang berkultur berlawanan dengan kultur bangsa barat, nah ini lah yang dikembangkan oleh sosok Hasan Hanafi dengan Kiri Islamnya untuk menepis dan memotong arus imperealisme bangsa barat agar hilang dari bangsa timur khususnya. Dalam pemikiran Hasan Hanfi dia mengembangkan dan memilih Kiri Islam sebagai dasar paradigmanya. Sebelum menginjak lebih jauh kita lebih baik mengetahui pengertian Kiri islam dan Kanan Islam walaupun sebenarya istilah itu tidak ada di dalam islam yang hanya adalah Islam Rohmatanlil Alamin.

Apa itu Kanan Islam dan Kiri Islam lalu Barat?
a. Kanan Islam (klasik) adalah sebuah pemikiran yang ortodok dan tekstual yang tidak suka perubahan dan cenderung stagnan.
b. Islam Kiri adalah sebuah paradigma yang bertujuan untuk memperjuangkan pemusnahan penindasan bagi orang-orang miskin dan tertindas, dan memperjuangkan persamaan hak dan kewajiban di antara seluruh masyrakat, singkat kata kiri adalah kecenderungan sosialistik dalam islam.
c. Barat adalah sebuah agregat dari suatu kawasan, rakyat, kebudayaan, peradaban, masyarakat dan politik yang terkait dengan penjajahan.

Oleh karena itu hasan hanafi menegaskan dalam Kiri Islamnya bahwa salah satu tugas kiri islam adalah mengembalikan barat pada batas-batas alamiahnya. Ini tidak berarti mengembalikan “barat” secara geografis, tetapi menghalau segala pengaruh kultur barat yang merasuk ke dalam rusuk umat islam dan bangsa-bangsa muslim.

Kemunculan

Dan pada tahun 1981 Hasan Hanafi meluncurkan jurnal Al-Yasar Al-Islami:Khitabat Fi An-Nahdhaah Al-Islamiyah (kiri islam:beberapa esai tentang kebangkitan islam) dan sebenarnya sebelum itu kiri islam diterbitkan setelah kemenangan revolusi islam di Iran tahun 1979. Maka tak asing lagi peristiwa itu telah mempengaruhi sosok Hasan Hanfi untuk meluncurkan Kiri Islam itu. Dan salah satu bentuk pemikirannya yang di terapkan dalam merubah pemikiran dunia islam menuju pencerahan yang menyeluruh, maksudnya melawan imperialisme kultural barat dan mempersatukan dunia islam. Itu semua terangkum pada tiga pilar dalam rangka mewujudkan kebangkitan islam, revolusi islam (revolusi tauhid), dan kesatuan umat. Pilar Pertama yaitu revitalisasi khasanah islam klasik, perlu adanya rasionalisme untuk revitalisasi khasanah islam.

Kerena keniscayaan kemajuan dan kesejahteraan muslim serta memecahkan situasi kekinian di dalam dunia islam hanyalah dengan rasionalisme. Pilar Kedua perlunya menantang peradaban barat, ia mengusulkan “Oksidentalitasme” sebagai jawaban “Orientalisme” dalam rangka mengakhiri mitos peradaban barat. Pilar Ketiga adalah analisis atas dunia islam. Untuk analisa ini ia mengkritik metode tradisional yang bertumpu pada teks (nash), dan mengusulkan suatu metode tertentu agar realitas dunia islam dapat berbicara bagi dirinya sendiri, karena menurut Hasan Hanafi dunia islam kini menghadapi tiga ancaman yaitu imperialisme, zionisme dan imperialisme dari luar dan dari dalam yaitu kemiskinan, ketertindasan, dan keterbelakangan.

Imperealisme barat inilah menurut Hasan Hanafi merupakan ancaman yang paling berbahaya bagi dunia islam, barat ingin secara kultural bangsa islam menjadi lemah lalu kemampuan kreatif mereka dibelenggu, dan akhirnya kebudayaan mereka di ubah begitu rupa dan kemudian mereka lupa pada jatidiri kebudayaanya lalu mereka beranggapan bahwa kebudayaanya itu sudah kuno dan ketinggalan jaman, dan akan dimasukkan kedalam museum kebudayaan lalu ditinggalkan dan terlupakan, sehingga bangsa asing mudah untuk mendominasi negara islam. Coba kita lihat sebenarnya imperialisme kultural bergejolak pada dunia islam itu bukan pada saat ini tapi sejak sebelum perang salib. Barat dan islam pun saling mengancam. Karena itu citra islam dibarat telah didistorsi begitu rupa, sehinga citra islam begitu negatif, dan citra itu di pelihara hingga sekarang, sehingga banyak butir-butir percikan permusuhan yang di implementasikan lewat media cetak atau elektronik yang berisi penghinaan dan fitnah yang menyangkut agama islam. Dan bukan sekedar citra saja, itu merambah diberbagai bidang seperti akademik yang memunculkan pemikiran Oreantalisme, tetapi secara mendalam berkaitan dengan Imperealisme, ini terbukti seorang tokoh ilmuan sebut saja Edward Said menyatakan, “jika saja pengetahuan tentang islam di barat telah secara terbuka, berkaitan dengan penaklukan dan dominasi, maka tibalah saatnya kaitan-kaitan itu harus dibongkar secara menyeluruh”. Oleh karena itu banyak ilmu pendidikan telah didominasi oleh barat baik ilmu sosial maupun sejarah perkembangan agama islam. Dan anehnya orang islam pun mempelajari, yang nilai keabsahannya (kebenarannya) telah didistorsi oleh ilmu-ilmu barat, sehingga bangsa islam jatuh kedalam hegemoni barat. Oleh karena itu proses inilah yang mengakibatkan esensi peradaban islam runtuh. Imperialisme barat menjadi apa yang disebut kolonialisme peradaban. Nah disinilah tugas Kiri Islam oleh Hasan Hanafi yang telah diterjemahkan yaitu mengembalikan barat pada batas-batas alamiahnya, dan mengakhiri mitos mendunianya. Ia mencoba membuka peradaban barat dengan menggunakan peradaban barat.

Oleh karena itu Hasan Hanafi mengembangkan dan mengkaji hakikat perkembangan barat merupakan keniscayaan untuk menghentikan erosentrisme yang telah menguasai dunia dan untuk menebus kejahatan Erosentralisme, maksudnya menumbuhkan kesadaran untuk menciptakan ilmu sosial baru, semua ini bukan untuk dunia islam semata, tetapi untuk juga dunia ketiga pada umumnya, agar secara metodologis dan konseptual independen. Gagasan itu disebut Oksidentalisme di dalam Kiri Islam. Semua itu diterjemahkan dalam sebuah kutipan yaitu
Ketika ilmu sosial baru mengekspresikan dialektika diri (self) dan yang lain (other), secara alami diri yang didominasi yang lain dengan menciptakan ilmu pengetahuannya sendiri dan mengekspresikan refleksinya dalam proses pembebasan. Karena pengetahuan tidak pernah terlepas dari kepentingan atau kekuasaan.

Ini membuktikan bahwa sebuah ilmu pengetahuan yang sekarang berkembang, itu hanya karena sebuah faktor yang sangat penting yaitu kepentingan atau kekuasaan. Ini tidak luput dari perkembangan ilmu barat yang ada di dunia timur.

Penutup

Analisa
1. Keberhasilan revolusi islam di Iran pada tahun 1979
2. Kiri islam sekedar respon Hasan Hanafi atas revolusi islam di Iran. Melalui pemikiran tentang “agama dan pembebasan”
3. Walaupun sosok Hasan Hanafi tidak secara bersih dari imperialisme asing tetapi dia hanya semata-mata mengiginkan islam harus bangun dari ketertiduran panjang teori yang dikembangkan, sesuai teori kita belajar trik pencuri itu belum tentu menjadi pencuri tapi bisa menemukan cela dan ilmu itu dapat kita jadikan mengantisipasi pencuri itu, itu telah diterapkan HasanHanafi dalam teorinya untuk membedah permasalahan.
4. Sebuah pluralitas itu tidak semuanya buruk itu semua bagaimana kita memfilter pengaruh dari budaya asing ok.
Kekurangan
1. Terlalu banyak kata ilmiah yang sulit dipahamai
2. Terpaku dalam menganalisa dari sudut Islam Kiri yang dikembangkan oleh Hasan Hanafi saja tidak dari analisa asing.
3. Buku ini bukan sembarangan buku tidak semua halayak dapat memahaminya hanya dalam satu kali membacanya.

Kelebihan
1. Banyakya kata ilmiah yang baru sehingga menambah perbendaharaan kata.
2. Memberikan solusi kepada dunia islam diwaktu sekarang.
3. Buku ini merupakan best seller.

gambar dari sini

0 komentar on "ANTARA MODERNISME DAN POSMODERNISME"

Posting Komentar

 

LPM BURSA Copyright 2009 Reflection Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez